Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar
yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup bagi
seluruh umat manusia. Tidak hanya sebagai kitab suci, Al-Qur'an juga menjadi
sumber kekuatan spiritual, intelektual, dan moral yang tak tertandingi
sepanjang zaman. Ia adalah cahaya yang menerangi kegelapan, petunjuk bagi
mereka yang tersesat, dan rahmat bagi seluruh alam semesta. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 2: "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa." Ayat ini
menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang sempurna, yang memuat solusi atas
segala persoalan kehidupan manusia.
Namun, di tengah keagungan Al-Qur'an,
realitas umat Islam saat ini menunjukkan ironi yang memprihatinkan. Banyak yang
mulai melupakan Al-Qur'an, baik dalam hal membaca, memahami, maupun
mengamalkannya. Di sisi lain, ada pula upaya dari pihak-pihak tertentu,
termasuk para orientalis, yang mencoba merusak citra Al-Qur'an dan memunculkan
keraguan terhadap keotentikannya. Meski demikian, keajaiban Al-Qur'an terus
bersinar, menjadi bukti nyata kebenarannya yang abadi. Bahkan, tokoh-tokoh
orientalis yang awalnya skeptis terhadap Al-Qur'an, seperti Maurice Bucaille,
akhirnya menemukan hidayah melalui penelitian mereka terhadap kitab suci ini.
Artikel ini berupaya mengulas
keutamaan Al-Qur'an dari berbagai sudut pandang, mulai dari fadilah dan
kekuatan yang terkandung dalam ayat-ayatnya, hingga tantangan yang dihadapi
umat Islam dalam menjaga dan mengamalkan ajaran Al-Qur'an. Selain itu,
pembahasan ini juga akan menyoroti ironi umat Islam kekinian yang mulai menjauh
dari Al-Qur'an, serta upaya para ulama dalam menghidupkan kembali semangat
ber-Al-Qur'an. Pada akhirnya, artikel ini bertujuan menggugah kesadaran umat
Islam untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan utama dalam kehidupan,
terutama menjelang bulan suci Ramadhan, yang merupakan momentum terbaik untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui kitab-Nya yang agung.
Dengan landasan Al-Qur'an dan
Al-Hadist, serta didukung oleh pemikiran para ulama terdahulu dan kontemporer,
artikel ini diharapkan mampu menjadi pengingat bagi setiap Muslim akan
pentingnya membaca, memahami, dan mentadaburi Al-Qur'an. Mari kita jadikan
Al-Qur'an sebagai sumber inspirasi dan kekuatan untuk membangun kehidupan yang
lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat.
1. Fadilah dan Kekuatan Ayat-Ayat Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar yang Allah SWT
turunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya sebagai kitab petunjuk,
Al-Qur'an memiliki keutamaan yang luar biasa, baik dari sisi isinya maupun
pengaruhnya terhadap jiwa manusia. Dalam Surah Al-Isra’ ayat 9, Allah SWT
berfirman, "Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus..." Ayat ini menunjukkan kekuatan Al-Qur'an
sebagai panduan kehidupan yang meluruskan jalan manusia menuju ridha-Nya.
Kekuatan Al-Qur'an juga tampak pada efeknya
terhadap hati manusia. Ketika dibacakan dengan penuh kekhusyukan, ia mampu
melembutkan hati yang keras, sebagaimana dalam Surah Az-Zumar ayat 23: "Allah
telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa
(ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang
takut kepada Tuhannya..." Ini membuktikan bahwa Al-Qur'an bukan
sekadar bacaan, melainkan obat hati yang menentramkan jiwa dan mendekatkan
manusia kepada Allah SWT.
Selain itu, kekuatan Al-Qur'an terlihat dari
kemampuannya memberikan solusi atas berbagai persoalan kehidupan. Ulama seperti
Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah sumber hikmah dan
kebijaksanaan yang tak pernah habis digali. Bahkan, ilmu pengetahuan modern pun
sering kali membuktikan kebenaran ayat-ayat Al-Qur'an, seperti fakta-fakta
ilmiah yang diungkap dalam Surah Al-Anbiya' ayat 30 tentang penciptaan alam
semesta.
2. Upaya Orientalis untuk Merusak Kemurnian Al-Qur'an
Sepanjang sejarah, banyak orientalis yang mencoba
mempertanyakan otentisitas dan keaslian Al-Qur'an. Salah satu contoh terkenal
adalah William Muir, seorang orientalis Inggris yang menulis tentang kehidupan
Nabi Muhammad SAW. Dalam karya-karyanya, ia berupaya menciptakan keraguan
tentang wahyu Al-Qur'an. Meskipun demikian, karya-karya Muir mendapat banyak
bantahan dari para ulama Islam, yang menunjukkan kelemahan argumen dan data
yang ia gunakan.
Di Indonesia, Snouck Hurgronje menjadi salah satu
tokoh orientalis yang mempelajari Islam dengan tujuan politis. Meski ia tampak
mendalami Islam, niat utamanya adalah untuk memahami cara melemahkan umat Islam
di Hindia Belanda. Salah satu strategi yang ia gunakan adalah memisahkan
pemahaman keislaman dari praktik sehari-hari umat, sehingga Al-Qur'an hanya
menjadi simbol tanpa dipahami isinya.
Namun, ada pula orientalis yang akhirnya mendapat
hidayah dan masuk Islam. Contohnya adalah Maurice Bucaille, seorang dokter
Perancis yang awalnya meneliti Al-Qur'an untuk mencari celah ilmiah, tetapi justru
menemukan keagungan kitab suci ini. Ia kemudian menulis buku The Bible, The
Qur'an and Science, yang membahas harmoni antara Al-Qur'an dan sains
modern. Perubahan ini menjadi bukti nyata bahwa kebenaran Al-Qur'an mampu
menyentuh hati siapa saja yang mencari kebenaran dengan tulus.
3. Ironi Umat Islam
Kekinian dalam Membaca dan Mentadaburi Al-Qur'an
Di tengah keutamaan dan keagungan Al-Qur'an, umat
Islam hari ini menghadapi ironi yang menyedihkan. Banyak yang mulai
meninggalkan Al-Qur'an, baik dalam hal membacanya maupun mentadaburi isinya.
Fakta dari penelitian Pew Research Center menunjukkan bahwa meskipun mayoritas
umat Islam mengaku percaya pada Al-Qur'an, hanya sebagian kecil yang rutin
membacanya setiap hari.
Kondisi ini semakin diperburuk dengan munculnya
budaya konsumtif dan kecenderungan umat untuk menghabiskan waktu di media
sosial, alih-alih membaca Al-Qur'an. Dalam hal ini, Imam Ibn Qayyim
Al-Jawziyyah pernah mengingatkan bahwa meninggalkan Al-Qur'an adalah salah satu
bentuk kerugian terbesar yang dapat menimpa seorang Muslim. Beliau berkata, "Janganlah engkau meninggalkan Al-Qur'an, karena meninggalkannya berarti
meninggalkan sumber cahaya bagi hati dan kehidupan bagi jiwa."
Ironinya, ada pula sebagian umat Islam yang hanya
membaca Al-Qur'an untuk tujuan ritual, seperti tahlilan atau yasinan, tanpa
berusaha memahami makna dan hikmahnya. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan
terbesar umat Islam bukan hanya sekadar menjaga Al-Qur'an, tetapi juga
menghidupkannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Upaya Ulama dalam Menghidupkan Kembali Semangat Ber-Al-Qur'an
Para ulama, baik terdahulu maupun kontemporer,
telah melakukan berbagai upaya untuk menghidupkan kembali semangat umat Islam
dalam membaca dan mentadaburi Al-Qur'an. Imam Al-Syafi'i, misalnya, dikenal
sebagai salah satu ulama yang sangat mencintai Al-Qur'an. Beliau menyelesaikan
khataman Al-Qur'an setiap bulan dan selalu menganjurkan umat Islam untuk
mendalami isinya.
Di era modern, ulama seperti Dr. Raghib As-Sirjani
menekankan pentingnya menjadikan Al-Qur'an sebagai rujukan utama dalam
kehidupan. Dalam bukunya How Islam Created the Modern World, ia
menunjukkan bagaimana umat Islam pada masa keemasannya mampu menguasai berbagai
bidang ilmu karena menjadikan Al-Qur'an sebagai inspirasi utama. Dr. Zakir Naik
juga sering menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang sempurna dan mampu
menjawab berbagai tantangan zaman, termasuk isu-isu kontemporer seperti sains
dan teknologi.
Selain itu, program-program seperti tahfidz
Al-Qur'an dan kajian tafsir mulai banyak bermunculan untuk memfasilitasi umat
Islam dalam mendalami Al-Qur'an. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada harapan
untuk menghidupkan kembali semangat ber-Al-Qur'an di tengah tantangan zaman
yang semakin kompleks.
5. Kesimpulan: Menggugah Umat untuk Kembali kepada Al-Qur'an
Menjelang bulan suci Ramadhan, momentum ini
seharusnya menjadi pengingat bagi umat Islam untuk kembali kepada Al-Qur'an.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Sebaik-baik kalian adalah yang
mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya" (HR. Bukhari). Ramadhan
adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an, sehingga menjadi waktu yang tepat untuk
memulai kembali kebiasaan membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur'an.
Umat Islam perlu menyadari bahwa Al-Qur'an adalah
sumber kekuatan utama dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Dengan
menjadikannya pedoman utama, umat akan mampu mengatasi tantangan zaman dan
mengembalikan kejayaan Islam. Sebagaimana diungkapkan oleh Sayyid Qutb, "Al-Qur'an adalah kitab yang hidup, yang terus menerus memberikan petunjuk
kepada siapa saja yang mencarinya dengan hati yang tulus."
Mari kita jadikan Ramadhan tahun ini sebagai momen
kebangkitan spiritual dengan menghidupkan kembali Al-Qur'an dalam kehidupan
kita. Dengan membaca, mentadaburi, dan mengamalkan isi Al-Qur'an, kita tidak
hanya mendekatkan diri kepada Allah SWT, tetapi juga membangun peradaban yang
kokoh berdasarkan nilai-nilai Ilahi.
Sumber
Referensi
1. Al-Qur'an
Al-Karim.
2. Al-Bukhari, Imam. Shahih
Al-Bukhari.
3. Al-Ghazali, Imam. Ihya
Ulumuddin.
4. As-Sirjani, Dr.
Raghib. How Islam Created the Modern World.
5. Bucaille, Maurice.
The Bible, The Qur'an and Science.
6. Ibn Qayyim
Al-Jawziyyah. Madarij As-Salikin.
7. Qutb, Sayyid. Fi
Zilalil Qur'an.
8. Pew Research
Center. The Future of World Religions: Population Growth Projections, 2015-2060.