Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga,
tetapi merupakan sarana untuk menggapai kesucian jiwa dan mendekatkan diri
kepada Allah. Dalam Islam, ibadah puasa memiliki kedudukan istimewa karena
secara langsung disebut sebagai ibadah yang dikhususkan bagi Allah, sebagaimana
dalam sebuah hadis qudsi:
"Setiap amal anak Adam
adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah
yang akan membalasnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana
puasa dapat menjadi sarana untuk membersihkan hati, mengendalikan hawa nafsu,
dan mencapai ketakwaan sejati.
1. Makna Kesucian Jiwa dalam
Islam
Kesucian jiwa (tazkiyatun nafs) adalah keadaan di mana hati seseorang
bersih dari penyakit-penyakit batin seperti iri, dengki, sombong, dan cinta
dunia yang berlebihan. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS.
Asy-Syams: 9-10)
Dalam konteks ini, puasa berfungsi sebagai sarana untuk membersihkan
jiwa karena membantu seorang mukmin dalam mengendalikan hawa nafsu dan melatih
diri untuk lebih dekat kepada Allah.
2. Puasa sebagai Sarana
Pembersihan Hati
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Puasa adalah perisai, maka janganlah seseorang yang sedang
berpuasa berkata keji dan berbuat bodoh."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa puasa bukan sekadar ibadah fisik, tetapi
juga ibadah hati dan akhlak. Dengan berpuasa, seorang Muslim belajar untuk
menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang bisa merusak amalnya.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa puasa
memiliki tiga tingkatan:
1. Puasa Awam, yaitu sekadar menahan diri dari
makan, minum, dan hubungan suami istri.
2. Puasa Khusus, yaitu menahan anggota tubuh
dari maksiat.
3. Puasa Khususul Khusus, yaitu menahan hati dari segala
yang selain Allah.
Dengan memahami tingkatan ini, seorang Muslim dapat meningkatkan
kualitas puasanya sehingga mencapai kesucian jiwa yang hakiki.
3. Puasa sebagai Pengendalian
Hawa Nafsu
Hawa nafsu adalah salah satu sumber utama penyimpangan manusia dari
jalan yang lurus. Puasa menjadi cara efektif untuk menekan dominasi nafsu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu
menikah, maka menikahlah. Namun, barang siapa yang belum mampu, hendaknya ia
berpuasa, karena puasa adalah perisai baginya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadis ini, kita memahami bahwa puasa dapat menahan dorongan syahwat
yang berlebihan. Dalam keadaan lapar dan haus, seseorang lebih mudah untuk
merenungi kelemahan dirinya dan lebih dekat kepada Allah.
4. Puasa dan Ketakwaan
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS.
Al-Baqarah: 183)
Ayat ini menjelaskan bahwa tujuan utama puasa adalah membentuk
ketakwaan. Ketakwaan adalah kondisi di mana seseorang selalu merasa diawasi
oleh Allah dan berusaha menjalani kehidupan sesuai dengan syariat-Nya.
5. Pendapat Para Ulama tentang
Kesucian Jiwa dari Puasa
Beberapa ulama memberikan pandangan mereka tentang hubungan antara puasa
dan kesucian jiwa:
1. Imam Ibn Qayyim Al-Jauziyah dalam
kitab Madarij As-Salikin menyatakan bahwa puasa adalah latihan bagi hati
untuk membersihkan diri dari kebiasaan buruk dan menggantinya dengan kebiasaan
baik.
2. Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani
menyebutkan bahwa puasa yang sempurna bukan hanya menahan lapar, tetapi juga
menahan diri dari dosa-dosa yang bisa mengotori hati.
3. Imam An-Nawawi menjelaskan dalam Riyadhus
Shalihin bahwa puasa sejati adalah yang mendekatkan seseorang kepada Allah
dengan meningkatkan kualitas ibadah dan akhlaknya.
6. Cara Menggapai Kesucian Jiwa
Melalui Puasa
Berikut beberapa cara untuk mengoptimalkan puasa agar mencapai kesucian
jiwa:
1. Memperbanyak dzikir dan doa "(Yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan
berbaring."
(QS. Ali Imran: 191)
2. Meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak
bermanfaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Barang
siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah
tidak membutuhkan dia meninggalkan makan dan minumnya."
(HR. Bukhari)
3. Membaca Al-Qur'an dan mentadabburinya "Bulan
Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda
(antara yang benar dan yang batil)."
(QS. Al-Baqarah: 185)
4. Memperbanyak sedekah dan kebaikan sosial Dalam
hadis riwayat Bukhari, disebutkan bahwa Rasulullah adalah orang yang paling
dermawan, dan kedermawanan beliau meningkat di bulan Ramadhan.
5. Menjaga shalat dan ibadah sunnah Puasa
harus dilengkapi dengan shalat, baik fardhu maupun sunnah, agar semakin
meningkatkan kesucian jiwa.
Kesimpulan
Puasa adalah ibadah yang sangat efektif dalam
membantu seorang Muslim menggapai kesucian jiwa. Dengan menahan diri dari
makan, minum, dan hawa nafsu, seseorang dapat memperbaiki kualitas hatinya,
meningkatkan ketakwaan, dan mendekatkan diri kepada Allah. Sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadis, kesucian jiwa adalah faktor kunci dalam
meraih keberuntungan di dunia dan akhirat.
Semoga kita semua bisa menjalani puasa dengan penuh keikhlasan dan
mencapai kesucian jiwa yang diridhai Allah. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar