Dalam kehidupan modern, manusia sering kali
terjebak dalam lingkaran tanpa akhir dari ketidakpuasan. Gaji naik, tetapi
kebutuhan bertambah. Keinginan yang dahulu hanya sebatas impian kini menjadi
standar hidup. Akhirnya, kita bertanya, "Cukup itu seberapa?"
Pertanyaan ini sejatinya telah dijawab oleh Islam sejak berabad-abad lalu
melalui konsep qana'ah (merasa cukup) dan kesederhanaan.
1. Sifat Dasar Manusia dan Ketidakpuasan
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa
manusia secara fitrah memiliki kecenderungan untuk selalu merasa kurang:
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat
kebaikan, ia amat kikir." (QS. Al-Ma’arij: 19-21)
Hal ini juga ditegaskan dalam hadis Rasulullah ﷺ:
"Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas, niscaya dia akan
menginginkan lembah emas yang ketiga, dan tidak akan pernah merasa cukup
kecuali tanah telah memenuhi perutnya. Namun, Allah menerima taubat bagi siapa
saja yang bertaubat." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menggambarkan realitas psikologis manusia yang selalu ingin
lebih. Oleh karena itu, Islam mengajarkan konsep qana’ah sebagai solusi untuk
mengendalikan nafsu duniawi.
2. Qana'ah: Kunci Kebahagiaan Sejati
Qana'ah berarti menerima dengan ridha apa yang telah Allah berikan,
tanpa menghalangi usaha dan ikhtiar. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Beruntunglah orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan
dikaruniai qana'ah terhadap apa yang Allah berikan kepadanya." (HR.
Muslim)
Ibnul Qayyim rahimahullah menambahkan bahwa qana'ah tidak hanya terkait
dengan materi, tetapi juga melibatkan hati yang tenang dan tidak terikat oleh
dunia:
"Orang yang paling kaya adalah mereka yang merasa cukup dengan apa
yang dimilikinya, sedangkan orang yang paling miskin adalah mereka yang
terus-menerus merasa kurang."
Hal ini sesuai dengan firman Allah:
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain." (QS.
An-Nisa’: 32)
3. Strategi Islam untuk Mencapai Qana'ah
Bagaimana agar kita bisa merasa cukup dan tidak terus menerus mengejar
dunia tanpa batas? Islam memberikan beberapa panduan:
a. Membiasakan Syukur
Allah berjanji dalam Al-Qur’an:
"Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu,
tetapi jika kamu kufur, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS.
Ibrahim: 7)
Syukur membuat kita fokus pada nikmat yang sudah ada, bukan pada hal
yang belum kita miliki.
b. Menjaga Prioritas: Kebutuhan vs. Keinginan
Islam mengajarkan untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Imam
Al-Ghazali mengatakan:
"Barang siapa yang mempersempit keinginannya, maka Allah akan
melapangkan hatinya."
Keinginan yang tidak terkendali hanya akan membawa seseorang kepada
beban yang tidak perlu.
c. Hidup Sederhana seperti Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ adalah pemimpin umat, tetapi hidupnya sangat sederhana. Aisyah
radhiyallahu ‘anha berkata:
"Tidak pernah kenyang keluarga Muhammad dari roti gandum selama
tiga hari berturut-turut hingga beliau wafat." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Kesederhanaan inilah yang membawa keberkahan dalam hidup.
4. Bahaya Gaya Hidup Konsumtif
Dalam dunia modern, media sosial dan iklan komersial sering kali memicu FOMO
(Fear of Missing Out). Imam Ibn Taimiyah pernah berkata:
"Barang siapa yang hatinya hanya dipenuhi oleh dunia, maka ia tidak
akan pernah puas dan selalu merasa kurang."
Maka, solusinya adalah mengendalikan diri dari jebakan konsumerisme dan
lebih fokus pada investasi spiritual.
Kesimpulan
Cukup itu bukan tentang berapa banyak yang kita
miliki, tetapi tentang bagaimana hati kita menerimanya. Islam mengajarkan bahwa
kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta, tetapi pada qana’ah, syukur, dan
hidup sederhana. Dengan menerapkan ajaran ini, kita akan terhindar dari
perangkap ketidakpuasan dan mendapatkan ketenangan yang hakiki.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
"Kekayaan yang sebenarnya bukanlah banyaknya harta, tetapi kekayaan
yang sejati adalah kekayaan hati." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, mari kita belajar merasa cukup agar hidup menjadi lebih tenang,
berkah, dan penuh kebahagiaan sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar