Teks Berjalan

Selamat Datang di Blog abuyasin.com Selamat Datang di Blog abuyasin.com

Rabu, 15 Januari 2025

100 Tahun ke Depan: Apa yang Benar-Benar Berharga?



"Seratus tahun ke depan, tak seorang pun akan peduli seberapa besar rumahmu, seberapa mewah mobilmu, atau berapa banyak harta yang kau kumpulkan. Semua akan terlupakan, terkubur bersama waktu. Maka, untuk apa bekerja hingga lupa hidup, menumpuk kekayaan yang tak akan kau bawa? Fokuslah pada amal kebaikan, cinta kasih, dan jejak manfaat yang abadi, karena hanya itu yang akan dikenang setelah kita tiada."

Pernyataan di atas mengingatkan kita pada hakikat kehidupan yang fana. Apa yang kita miliki hari ini hanyalah titipan, dan kelak kita akan meninggalkan dunia ini tanpa membawa apapun kecuali amal perbuatan. Dalam tulisan ini, kita akan mengupas pesan mendalam tersebut dengan pendekatan dalil Al-Qur'an, hadits Nabi, perkataan ulama, dan kebijaksanaan para motivator.

 

Harta Dunia Adalah Fana

Allah mengingatkan dalam Al-Qur'an:

"Ketahuilah bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan, hiburan, perhiasan, bermegah-megahan di antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu." (QS. Al-Hadid: 20)

Ayat ini menjelaskan bahwa harta, kedudukan, dan segala kenikmatan dunia hanyalah sementara. Mereka hanya alat yang harus digunakan untuk kebaikan, bukan tujuan hidup.

 

Amal Sebagai Bekal Abadi

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa hanya amal yang bermanfaat bagi orang lain yang akan terus mengalir pahalanya, bahkan setelah kita meninggal. Oleh karena itu, daripada sibuk menumpuk kekayaan, lebih baik kita fokus pada hal-hal yang memiliki manfaat jangka panjang, seperti bersedekah, menyebarkan ilmu, dan mendidik generasi yang saleh.

Imam Al-Ghazali pernah berkata:

"Kehidupan dunia adalah ladang untuk akhirat. Barang siapa yang menanam kebaikan di dunia, ia akan menuai kebahagiaan di akhirat."

Pandangan ini menegaskan bahwa dunia hanyalah sarana untuk mengumpulkan bekal menuju kehidupan yang hakiki, yaitu akhirat. Fokus pada amal baik adalah investasi terbaik yang tidak akan pernah merugi.

 

Kebijaksanaan Para Motivator

Stephen Covey, dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People, mengajarkan pentingnya "begin with the end in mind" (memulai sesuatu dengan memikirkan tujuan akhirnya). Dalam konteks ini, kita diingatkan untuk selalu mengingat akhir hidup kita. Jika tujuan kita adalah akhirat, maka segala yang kita lakukan di dunia harus berorientasi pada kebaikan dan manfaat.

Dr. 'Aidh Al-Qarni dalam bukunya La Tahzan juga menulis:

"Harta dunia hanyalah fatamorgana. Jangan biarkan dirimu menjadi budaknya. Jadilah orang yang memegang harta di tangan, bukan di hati."

Pesan ini mengingatkan kita untuk menjadikan harta sebagai alat, bukan tujuan.

 

Refleksi dan Aksi

Sebagai renungan, mari bertanya pada diri sendiri:

  • Apa yang akan kita tinggalkan setelah kita tiada?
  • Apakah hidup kita sudah bermanfaat bagi orang lain?

Untuk itu, langkah konkret yang dapat kita ambil antara lain:

  1. Bersedekah secara rutin, baik dengan harta, tenaga, atau waktu.
  2. Membantu sesama dengan tulus tanpa mengharap imbalan.
  3. Membagikan ilmu yang bermanfaat kepada orang lain.
  4. Mendidik anak-anak untuk menjadi generasi yang berakhlak mulia.

 

Penutup

Seratus tahun ke depan, semua yang kita miliki hari ini akan menjadi kenangan, bahkan mungkin terlupakan. Harta dan kedudukan tidak akan menemani kita ke alam kubur. Namun, amal baik, cinta kasih, dan manfaat yang kita tinggalkan akan menjadi jejak abadi. Mari kita gunakan waktu yang tersisa untuk mengejar apa yang benar-benar berharga.

 

Daftar Pustaka

  1. Al-Qur'anul Karim
  2. Muslim, Shahih Muslim
  3. Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin
  4. Stephen Covey, The 7 Habits of Highly Effective People
  5. Dr. 'Aidh Al-Qarni, La Tahzan
  6. Raghib As-Sirjani, Mada Ya'ni Intima'i lil Islam

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar