Teks Berjalan

Selamat Datang di Blog abuyasin.com Selamat Datang di Blog abuyasin.com

Selasa, 24 Desember 2024

Belajar Menjadi Besar: Kebesaran Jiwa dan Karya Besar

 




Kebesaran Jiwa dan Karya Besar

“Manusia dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Kebesaran jiwa mereka yang menentukan karya besar mereka memang besar. Di mata orang-orang kerdil, masalah-masalah sepele menjadi besar. Bagi yang berjiwa besar, masalah-masalah besar terlihat kecil.” – Al-Mutanabbi

Pernyataan Al-Mutanabbi di atas adalah pengingat yang dalam bahwa kualitas seseorang tidak hanya ditentukan oleh apa yang mereka miliki, tetapi lebih dari itu, oleh bagaimana mereka menyikapi hidup. Kebesaran jiwa adalah fondasi utama untuk melahirkan karya-karya besar dan mengatasi berbagai permasalahan hidup. Artikel ini akan menggali lebih dalam makna kebesaran jiwa, memberikan motivasi untuk menghadapi tantangan, serta memperkaya dengan hikmah dari Al-Qur’an, hadits, dan perkataan para ulama serta motivator dunia.

 

Kebesaran Jiwa: Kunci Menghadapi Kehidupan

Kebesaran jiwa adalah kemampuan untuk tetap tenang, kuat, dan positif di tengah badai kehidupan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)

Ayat ini mengajarkan kita bahwa ujian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Namun, hanya mereka yang memiliki kebesaran jiwa yang dapat melihat ujian sebagai peluang untuk tumbuh dan menjadi lebih baik.

 

Masalah: Peluang yang Menyamar

Motivator terkenal, Dr. Stephen R. Covey, dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People menyebutkan bahwa masalah sering kali bukanlah masalah itu sendiri, melainkan bagaimana kita meresponsnya. Orang-orang yang berjiwa besar memandang masalah sebagai peluang untuk belajar dan berkembang. Ini sejalan dengan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, karena seluruh perkaranya adalah kebaikan baginya. Jika dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, dan itu adalah kebaikan baginya. Dan jika dia ditimpa kesusahan, dia bersabar, dan itu adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim)

 

Karya Besar Lahir dari Jiwa yang Besar

Sejarah mencatat, orang-orang besar selalu melahirkan karya besar. Salah satu contoh adalah Sir Winston Churchill, yang tetap memimpin dengan kebesaran jiwa selama Perang Dunia II. Dalam salah satu pidatonya, ia berkata:

“Success is not final, failure is not fatal: It is the courage to continue that counts.”

Di dunia Islam, kita mengenal Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu. Dalam kepemimpinannya, beliau dikenal tegas, namun memiliki jiwa besar dalam menyelesaikan berbagai konflik. Ketika dihadapkan pada kekurangan pangan di masa paceklik, Umar tidak hanya berdiam diri, tetapi turun langsung membantu rakyatnya, menunjukkan teladan kebesaran jiwa seorang pemimpin.

 

Mengatasi Masalah dengan Jiwa Besar

Bagaimana cara menjadi orang yang berjiwa besar? Berikut beberapa langkah yang dapat kita ambil:

  1. Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar.” (QS. At-Talaq: 2-3). Dengan takwa, kita memiliki pegangan kuat untuk menghadapi masalah dengan tenang.
  2. Melatih Kesabaran Kesabaran adalah pilar utama dalam membangun kebesaran jiwa. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyebutkan bahwa kesabaran adalah separuh dari iman.
  3. Belajar dari Orang Besar Ambil inspirasi dari tokoh-tokoh besar, baik dari sejarah Islam maupun dunia modern. Bacalah kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang tetap memaafkan orang-orang yang menyakitinya di Thaif, atau kisah Nelson Mandela, yang menunjukkan kebesaran jiwa dengan memaafkan para penguasa apartheid.
  4. Mengubah Pola Pikir Zig Ziglar, seorang motivator terkenal, mengatakan, “Your attitude, not your aptitude, will determine your altitude.” Pola pikir positif adalah kunci untuk menghadapi masalah besar dengan tenang.
  5. Mengutamakan Akhirat Ibn Qayyim Al-Jauziyyah berkata, “Barang siapa yang niat utamanya adalah akhirat, maka dunia akan mengikuti dengan sendirinya.” Fokus pada tujuan akhir membuat kita tidak mudah terjebak dalam masalah duniawi.

 Imam Syafi’i Rahimahullah berkata:

“Jadilah seperti pohon kurma; ketika dilempari dengan batu, ia tetap menjatuhkan buahnya yang manis.”

Ini adalah pengingat bahwa jiwa yang besar tidak membalas keburukan dengan keburukan, tetapi dengan kebaikan.

Menjadi besar adalah pilihan. Itu dimulai dari kebesaran jiwa untuk menerima, bersabar, dan melangkah maju. Seperti kata Al-Mutanabbi, hanya mereka yang berjiwa besar yang mampu melihat masalah besar sebagai kecil, dan pada akhirnya melahirkan karya besar. Jadilah seperti bintang di langit yang tetap bersinar di tengah gelapnya malam. Mari kita terus belajar menjadi besar, dengan menjadikan Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman, serta mengambil inspirasi dari karya-karya besar para tokoh dunia.

 

Sumber Referensi

  1. Al-Qur'anul Karim.
  2. Ahmad, Imam. Musnad Ahmad.
  3. Muslim, Imam. Shahih Muslim.
  4. Covey, Stephen R. The 7 Habits of Highly Effective People. New York: Free Press, 1989.
  5. Ghazali, Imam. Ihya Ulumuddin.
  6. Ziglar, Zig. See You at the Top. Gretna: Pelican Publishing, 2000.
  7. Ibn Qayyim Al-Jauziyyah. Al-Fawaid.
  8. Churchill, Winston. Speeches and Writings.
  9. Mandela, Nelson. Long Walk to Freedom. Boston: Little, Brown, 1994.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar