Kebesaran Jiwa dan Karya
Besar
“Manusia
dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Kebesaran jiwa mereka yang menentukan
karya besar mereka memang besar. Di mata orang-orang kerdil, masalah-masalah
sepele menjadi besar. Bagi yang berjiwa besar, masalah-masalah besar terlihat
kecil.” – Al-Mutanabbi
Pernyataan Al-Mutanabbi di
atas adalah pengingat yang dalam bahwa kualitas seseorang tidak hanya
ditentukan oleh apa yang mereka miliki, tetapi lebih dari itu, oleh bagaimana
mereka menyikapi hidup. Kebesaran jiwa adalah fondasi utama untuk melahirkan
karya-karya besar dan mengatasi berbagai permasalahan hidup. Artikel ini akan
menggali lebih dalam makna kebesaran jiwa, memberikan motivasi untuk menghadapi
tantangan, serta memperkaya dengan hikmah dari Al-Qur’an, hadits, dan perkataan
para ulama serta motivator dunia.
Kebesaran Jiwa: Kunci
Menghadapi Kehidupan
Kebesaran jiwa adalah
kemampuan untuk tetap tenang, kuat, dan positif di tengah badai kehidupan. Hal
ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Dan
Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang
yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Ayat ini mengajarkan kita
bahwa ujian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Namun, hanya mereka
yang memiliki kebesaran jiwa yang dapat melihat ujian sebagai peluang untuk
tumbuh dan menjadi lebih baik.
Masalah: Peluang yang
Menyamar
Motivator terkenal, Dr.
Stephen R. Covey, dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People
menyebutkan bahwa masalah sering kali bukanlah masalah itu sendiri, melainkan
bagaimana kita meresponsnya. Orang-orang yang berjiwa besar memandang masalah
sebagai peluang untuk belajar dan berkembang. Ini sejalan dengan hadits
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sungguh menakjubkan
perkara seorang mukmin, karena seluruh perkaranya adalah kebaikan baginya. Jika
dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, dan itu adalah kebaikan baginya. Dan
jika dia ditimpa kesusahan, dia bersabar, dan itu adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Karya Besar Lahir dari Jiwa
yang Besar
Sejarah mencatat,
orang-orang besar selalu melahirkan karya besar. Salah satu contoh adalah Sir
Winston Churchill, yang tetap memimpin dengan kebesaran jiwa selama Perang
Dunia II. Dalam salah satu pidatonya, ia berkata:
“Success
is not final, failure is not fatal: It is the courage to continue that counts.”
Di dunia Islam, kita
mengenal Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu. Dalam kepemimpinannya, beliau
dikenal tegas, namun memiliki jiwa besar dalam menyelesaikan berbagai konflik.
Ketika dihadapkan pada kekurangan pangan di masa paceklik, Umar tidak hanya
berdiam diri, tetapi turun langsung membantu rakyatnya, menunjukkan teladan
kebesaran jiwa seorang pemimpin.
Mengatasi Masalah dengan
Jiwa Besar
Bagaimana cara menjadi orang yang berjiwa besar? Berikut beberapa
langkah yang dapat kita ambil:
- Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya
jalan keluar.” (QS. At-Talaq: 2-3). Dengan takwa, kita memiliki pegangan
kuat untuk menghadapi masalah dengan tenang.
- Melatih Kesabaran Kesabaran adalah
pilar utama dalam membangun kebesaran jiwa. Imam Al-Ghazali dalam Ihya
Ulumuddin menyebutkan bahwa kesabaran adalah separuh dari iman.
- Belajar dari Orang Besar
Ambil inspirasi dari tokoh-tokoh besar, baik dari sejarah Islam maupun
dunia modern. Bacalah kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
yang tetap memaafkan orang-orang yang menyakitinya di Thaif, atau kisah
Nelson Mandela, yang menunjukkan kebesaran jiwa dengan memaafkan para
penguasa apartheid.
- Mengubah Pola Pikir Zig Ziglar, seorang
motivator terkenal, mengatakan, “Your attitude, not your aptitude, will
determine your altitude.” Pola pikir positif adalah kunci untuk menghadapi
masalah besar dengan tenang.
- Mengutamakan Akhirat Ibn
Qayyim Al-Jauziyyah berkata, “Barang siapa yang niat utamanya adalah
akhirat, maka dunia akan mengikuti dengan sendirinya.” Fokus pada tujuan
akhir membuat kita tidak mudah terjebak dalam masalah duniawi.
Imam
Syafi’i Rahimahullah berkata:
“Jadilah seperti pohon
kurma; ketika dilempari dengan batu, ia tetap menjatuhkan buahnya yang manis.”
Ini adalah pengingat bahwa
jiwa yang besar tidak membalas keburukan dengan keburukan, tetapi dengan
kebaikan.
Menjadi besar adalah
pilihan. Itu dimulai dari kebesaran jiwa untuk menerima, bersabar, dan
melangkah maju. Seperti kata Al-Mutanabbi, hanya mereka yang berjiwa besar yang
mampu melihat masalah besar sebagai kecil, dan pada akhirnya melahirkan karya
besar. Jadilah seperti bintang di langit yang tetap bersinar di tengah gelapnya
malam. Mari kita terus belajar menjadi besar, dengan menjadikan Al-Qur’an dan
hadits sebagai pedoman, serta mengambil inspirasi dari karya-karya besar para
tokoh dunia.
Sumber Referensi
- Al-Qur'anul
Karim.
- Ahmad,
Imam. Musnad Ahmad.
- Muslim,
Imam. Shahih Muslim.
- Covey,
Stephen R. The 7 Habits of Highly Effective People. New York: Free
Press, 1989.
- Ghazali,
Imam. Ihya Ulumuddin.
- Ziglar,
Zig. See You at the Top. Gretna: Pelican Publishing, 2000.
- Ibn
Qayyim Al-Jauziyyah. Al-Fawaid.
- Churchill,
Winston. Speeches and Writings.
- Mandela,
Nelson. Long Walk to Freedom. Boston: Little, Brown, 1994.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar