Syukur: Kunci Ketentraman Hati dan Pintu Rezeki
Di tengah hiruk pikuk
kehidupan modern yang serba cepat dan kompetitif, banyak orang merasa hidupnya
kurang. Kurang harta, kurang waktu, kurang penghargaan, atau bahkan merasa
kurang dicintai. Perasaan kurang ini perlahan-lahan menggerogoti rasa bahagia dan
membawa manusia pada ketidakpuasan yang berkepanjangan. Padahal, jika kita mau
sejenak berhenti dan merenung, kita akan menyadari betapa banyak nikmat yang
telah Allah berikan dalam kehidupan kita. Rumah yang nyaman, keluarga yang
rukun, udara yang segar, tubuh yang sehat, dan iman yang masih terjaga — semua
adalah nikmat yang luar biasa besar.
Namun, tidak semua orang
mampu melihat dan merasakan nikmat-nikmat itu. Mengapa? Karena hati yang
dipenuhi keluh kesah seringkali menutupi pandangan terhadap karunia Allah.
Inilah pentingnya bersyukur, sebuah amalan hati dan lisan yang sering
kali terlupakan, namun sejatinya adalah kunci ketentraman hidup dan pembuka
pintu rezeki.
Makna
Syukur dalam Islam
Secara bahasa, syukur berarti memuji atas
kebaikan yang diterima. Dalam konteks syariat, syukur adalah pengakuan terhadap
nikmat yang diberikan Allah dengan cara menggunakan nikmat tersebut dalam
hal-hal yang diridhai-Nya. Bersyukur tidak hanya diucapkan lewat lisan, tapi
juga tercermin dalam perbuatan dan sikap hidup.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih.'"
(QS. Ibrahim: 7)
Ayat ini menjadi motivasi yang sangat kuat: syukur adalah jalan menuju pertambahan
nikmat. Bahkan, sebaliknya, kufur nikmat bisa mendatangkan azab. Dengan
bersyukur, bukan hanya hati kita menjadi tenang, tapi juga Allah akan tambahkan
kenikmatan yang lain.
Syukur
dalam As-Sunnah
Nabi Muhammad ﷺ adalah contoh terbaik dalam
hal bersyukur. Dalam sebuah hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, diceritakan
bahwa Rasulullah ﷺ shalat malam hingga kakinya bengkak. Ketika Aisyah bertanya,
“Mengapa engkau melakukan ini padahal dosamu telah diampuni, baik yang lalu
maupun yang akan datang?” Nabi ﷺ menjawab:
"Apakah aku tidak boleh menjadi hamba
yang bersyukur?"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Subhanallah, Rasulullah yang sudah dijamin
surga dan ampunan saja masih berusaha menjadi hamba yang bersyukur. Bagaimana
dengan kita yang penuh kekurangan dan dosa?
Mengapa
Kita Harus Bersyukur?
1.
Syukur Membawa Ketenangan
Jiwa
Rasa syukur akan membuat hati menjadi lapang dan tidak mudah iri terhadap apa
yang dimiliki orang lain. Seorang yang bersyukur akan lebih fokus pada apa yang
ia punya, bukan pada apa yang ia tidak punya. Ini adalah modal utama dalam
meraih kebahagiaan hakiki.
2.
Syukur Menumbuhkan
Optimisme
Dengan bersyukur, seseorang akan menyadari bahwa hidupnya telah diberkahi,
sehingga ia tidak mudah putus asa dan tetap bersemangat menjalani hidup, meski
dalam kondisi sulit.
3.
Syukur Menjaga Nikmat Tetap
Bertahan
Nikmat yang tidak disyukuri bisa saja dicabut. Sebaliknya, nikmat yang
disyukuri akan dijaga bahkan ditambah oleh Allah.
4.
Syukur Adalah Ciri Orang
Beriman
Dalam Islam, iman dan syukur adalah dua sisi dari mata uang yang sama.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sungguh
menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh urusannya adalah
kebaikan baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur dan itu baik
baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar dan itu pun baik
baginya."
(HR. Muslim)
Artinya, dalam setiap
keadaan senang maupun susah seorang mukmin selalu berada dalam kebaikan,
selama ia bersyukur dan bersabar.
Bagaimana
Cara Bersyukur?
1.
Dengan Hati
Mengakui bahwa semua yang kita miliki berasal dari Allah. Tidak sombong, tidak
merasa ini hasil kerja keras sendiri, tetapi menyandarkan segalanya kepada
kehendak dan rahmat Allah.
2.
Dengan Lisan
Mengucapkan “Alhamdulillah” dalam setiap keadaan. Selain itu, membiasakan
berbicara positif dan mendoakan kebaikan bagi orang lain juga bentuk syukur.
3.
Dengan Perbuatan
Menggunakan nikmat yang diberikan Allah untuk kebaikan. Misalnya, tubuh yang
sehat digunakan untuk ibadah, harta digunakan untuk membantu sesama, waktu
luang digunakan untuk belajar atau berkarya.
Belajar
Melihat Sisi Baik
Terkadang, kita terlalu sibuk melihat
kehidupan orang lain yang “terlihat” lebih bahagia, lebih kaya, lebih sukses.
Kita lupa bahwa apa yang tampak di luar belum tentu mencerminkan kenyataan.
Bisa jadi, di balik senyum orang lain, tersembunyi ujian yang berat. Maka,
belajar bersyukur juga berarti belajar melihat ke bawah, bukan ke atas.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Lihatlah kepada orang yang berada di
bawah kalian (dalam hal dunia), dan jangan melihat kepada yang di atas kalian,
agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ini adalah resep kebahagiaan yang sangat
dalam. Saat kita membandingkan ke atas, kita akan selalu merasa kurang. Tapi
saat kita melihat ke bawah, kita akan merasa cukup dan penuh syukur.
Latihan
Syukur Harian
Untuk membantu menumbuhkan rasa syukur, kamu
bisa melakukan latihan sederhana setiap hari:
- Tulislah 3 hal yang kamu syukuri hari ini.
Misalnya: masih diberi kesehatan, punya sahabat yang baik, atau bisa makan makanan favorit. - Luangkan waktu 5 menit untuk merenung sebelum
tidur.
Pikirkan kembali kejadian hari ini dan cari sisi baiknya, sekecil apapun itu. - Sampaikan terima kasih kepada orang-orang
terdekatmu.
Ini adalah bentuk nyata syukur sosial yang bisa mempererat hubungan.
Penutup:
Nikmat Tuhan Manakah yang Kamu Dustakan?
Allah mengulang ayat dalam Surah Ar-Rahman
sebanyak 31 kali:
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan?"
(QS. Ar-Rahman)
Ini bukan sekadar pertanyaan retoris, tapi
tamparan halus bagi kita semua untuk merenung. Sudahkah kita benar-benar
bersyukur atas semua yang telah kita miliki?
Syukur bukan tentang memiliki segalanya, tapi
tentang menghargai apa yang ada dan mempercayai bahwa Allah selalu memberi
yang terbaik. Jangan menunggu semuanya sempurna baru bersyukur. Justru
dengan bersyukur, hidup kita akan terasa sempurna.